Popular Post

Posted by : Muhammad Khotibul Umam Selasa, 31 Desember 2019

Dosen : Pak Syahrul Ibad 


Perkembangan Bahasa Indonesia

Bab 1
A. Sumber Bahasa Indonesia
Apabila ingin membicarakan perkembangan bahasa Indonesia. Mau tidak mau kita harus membicarakan bahasa Melayu sebagai sumber (akar) bahasa Indonesia yang kita gunakan sekarang. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu, yang sejak dahulu sudah dipakai sebagai bahasa perantara (lingua franca), bukan saja di Kepulauan Nusantara melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara. Pertanyaan yang mungkin timbul adalah kapan sebenarnya bahasa Melayu mulai digunakan sebagai alat komunikasi. Berbagai batu bertulis (prasasti) kuno yang ditemukan, seperti (1) Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, tahun 683, (2) Prasasti Talang Tuo di Palembang, tahun 684, (3) Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat, tahun 686, dan (4) Prasasti Karang Brahin, Bangko, Kabupaten Merangin, Jambi, tahun 688, yang bertuliskan Pra-Nagari dan bahasanya bahasa Melayu Kuno, memberi petunjuk kepada kita bahwa bahasa Melayu dalam bentuk bahasa Melayu Kuno sudah dipakai sebagai alat komunikasi pada zaman Sriwijaya (Halim, 1979: 6-7). Prasasti-prasasti yang juga tertulis di dalam bahasa Melayu Kuno terdapat di Jawa Tengah (Prasasti Gandasuli, tahun 832) dan di Bogor (Prasasti Bogor, tahun 942). Kedua prasasti di Pulau Jawa itu memperkuat pula dugaan kita bahwa bahasa Melayu Kuno pada waktu itu tidak saja dipakai di Pulau Sumatra, tetapi juga dipakai di Pulau Jawa.

Berdasarkan petunjuk-petunjuk lainnya, dapat kita kemukakan bahwa pada zaman Sriwijaya bahasa Melayu berfungsi sebagai berikut: 1. Bahasa Melayu sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan-aturan hidup dan sastra; 2. Bahasa Melayu sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) antar suku di Indonesia; 3. Bahasa Melayu sebagai bahasa perdagangan, terutama di sepanjang pantai, baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun bagi pedagang-pedagang yang datang dari luar Indonesia; dan 4. Bahasa Melayu sebagai bahasa resmi kerajaan.
B. Peresmian Nama Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia dengan perlahan-lahan, tetapi pasti, berkembang, dan tumbuh terus. Pada waktu akhir-akhir ini perkembangannya menjadi demikian pesat sehingga bahasa ini telah menjelma menjadi bahasa modern yang kaya akan kosakata dan mantap dalam struktur. Pada tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda kita mengikrarkan Sumpah Pemuda. Naskah Putusan Kongres Pemuda Indonesia Tahun 1928 itu berisi tiga bulir kebulatan tekad sebagai berikut: Pertama :  Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia. Kedua : Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

 Pernyataan yang pertama adalah pengakuan bahwa pulau-pulau yang bertebaran dan lautan yang menghubungkan pulau-pulau yang merupakan wilayah Republik Indonesia sekarang adalah satu kesatuan tumpah darah (tempat kelahiran) yang disebut Tanah air Indonesia. Pernyataan yang kedua adalah bahwa manusia-manusia yang menempati bumi Indonesia juga merupakan satu kesatuan yang disebut Bangsa Indonesia. Pernyataan yang ketiga tidak merupakan pengakuan “berbahasa satu”, tetapi merupakan pernyataan tekad kebahasaan yang menyatakan bahwa kita, bangsa Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia. (Halim, 1983: 2-3). Dengan diikrarkannya Sumpah Pemuda, resmilah bahasa Melayu, yang sudah dipakai sejak pertengahan Abad VII itu, menjadi bahasa Indonesia.

C. Mengapa Bahasa Melayu Diangkat Menjadi Bahasa Indonesia
Mengapa bahasa Melayu yang dijadikan bahasa Nasional?. Ada empat faktor yang menjadi penyebab bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia, yaitu sebagai berikut: 1. Bahasa Melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan, dan bahasa perdagangan. 2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa ini tidak dikenal tingkatan bahasa, seperti dalam bahasa Jawa (ngoko. Kromo) atau perbedaan bahasa kasar dan halus, seperti dalam bahasa Sunda (kasar, lemes). 3. Suku Jawa, suku Sunda, dan suku-suku yang lain dengan sukarela menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. 4. Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.
D. Peristiwa-peristiwa Penting yang Berkaitan dengan Perkembangan Bahasa Melayu/Indonesia

Tahun-tahun penting yang mengandung arti sangat menentukan dalam sejarah perkembangan bahasa Melayu/Indonesia dapat diperinci sebagai berikut: 
1. Pada tahun 1901, disusun ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch.A.Van Ophuijsen dan dimuat dalam Kitab Logat Melayu. 
2. Pada tahun 1908, pemerintah mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volksletuur (Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Balai Pustaka banyak menerbitkan buku-buku Sastra terkenal, seperti Salah Asuhan dan Siti Nurbaya. Hal tersebut membuktikan bahwa bahasa Indonesia sudah dipakai sebelum tahun 1928. 
3. Tanggal 28 Oktober para pemuda pilihan telah memancangkan tonggak yang kukuh untuk perjalanan bahasa Indonesia. 
4. Pada tahun 1933, secara resmi berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menanamkan dirinya Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana dan kawan-kawan. 
5. Tanggal 25-28 Juni 1938, dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. 
6. Tanggal 18 Agustus 1945, ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara. 
7. Pada tanggal 19 Maret 1947, diresmikan penggunaan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) sebagai pengganti Ejaan van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya. 
8. Pada tanggal 28 Oktober – 2 November 1954, dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia ke II di Medan.

9. Pada tanggal 16 Agustus 1972, Presiden Republik Indonesia meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan melalui pidato kenegaraan di depan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57, tahun 1972. 
10. Tanggal 31 Agustus 1972, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan istilah resmi berlaku di seluruh Indonesia. 
11. Kongres Bahasa Indonesia ke IV diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober – 2 November 1978. 
12. Kongres Bahasa Indonesia ke IV diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 21-26 November 1983. Hal ini mengukuhkan keberadaan Bahasa Indonesia di bumi Indonesia. 
13. Pada tanggal 28 Oktober – 3 November 1988, diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia ke V di Jakarta. Pada kongres ini dihadiri oleh utusan dari Negara sahabat, seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres ini juga ditandai dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada pencinta bahasa Nusantara, yakni berupa (1) Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan (2) Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. 
14. Kongres Bahasa Indonesia VI diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober – 2 November 1993. Kongres ini dihadiri oleh pakar Bahasa Indonesia dari Indonesia sendiri dan utusan-utusan dari negara-negara sahabat. Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia. 
15. Pada tanggal 26-30 Oktober 1998, diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia ke VII di Jakarta. Kongres ini mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa. 
16. Kemudian pada tanggal 14-17 Oktober 2003 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia ke VIII di Jakarta.

- Copyright © Muhammad Khotib Al- Umam - Date A Live - Powered by This Site - Designed by - Shin07